aku rindu, rindu pada senja yang merah saat terakhir kau dan aku bersama
aku khilaf pada emosi yang meninggi dengan suara keras yang kuucap terakhir..
bukan maksud menyakitimu, aku hanya memaki diriku yang terkadang tidak bisa tertenangkan
sore kelabu saat aku kehilangan kau kekasih, aku hanya bisa menapaki jalan yang kau tinggali untuk ku dan hanya menjadi kisah.
“Wahai kematian, datanglah cepat kemari, hisap dan dekap tubuhku yang penuh cinta ini”, kata William Shakespeare dalam Romeo and Juliet.
Kahlil Gibran mengungkapkan dalam syairnya, “Bila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan mendaki”.
silih berganti aku membaca kisah Layla Majnun, Tristan und Isolde, Roro Mendut dan Pronocitro, sampai Romeo and Juliet.menggebu, indah, buta, tak nyata dan kadang berbau fatamorgana
Lauren Slater dalam National Geographic edisi 2006 mengatakan, “Sulit untuk memisahkan pembicaraan antara cinta dan penyakit mental”.
Maria dalam Ayat-Ayat Cinta mengatakan dengan redaksi yang berbeda, “Cinta adalah siksaaan yang manis”.
tulisan-tulisan yang kubuat untuk bisa melupakanmu hanya luapan emosi untuk bisa meninggalkan kisah tentang mu menjadi rubrik tulisan di kertas,
tapi aku hanya ingin menjadi seperseribu titian bumi di sudut sepi
dan terkadang aku berfikir untuk tidak kembali…